Bursa Saham Dalam Negeri Diperkirakan Akan Terus Menunjukkan Kinerja Positif

by -69 Views

PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) memperkirakan bursa global akan bergerak bullish di tahun 2024. Hal ini didukung oleh ekspektasi pemangkasan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat, optimisme soft landing AS, dan lingkungan ekonomi Asia yang suportif.

Direktur & Chief Investment Officer-Fixed Income MAMI, Ezra Nazula, mengatakan bahwa sentimen bursa yang semakin positif utamanya disebabkan oleh faktor ekspektasi pemangkasan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat atau Feds Fund Rate (FFR). Berdasarkan dokumen Dot Plot FOMC bulan Desember 2023 lalu, pemangkasan suku bunga diprediksi akan lebih besar dibandingkan perkiraan sebelumnya. Hal itu juga mengafirmasi harapan pasar akan langkah The Fed untuk dapat lebih agresif menurunkan suku bunga di tahun 2024.

Saat ini, suku bunga The Fed masih tertahan di dalam level 5,25-5,50 persen. Dewan Rapat Kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (FOMC) pada Desember 2023 memproyeksikan suku bunga acuan akan turun ke area level 4,6 persen pada 2024. Selain itu, Ezra menjelaskan bahwa faktor kedua yang mempengaruhi bursa global adalah optimisme soft landing AS. Perekonomian saat ini dinilai sedang pada kondisi yang ideal, tidak terlalu kuat yang dapat menggalakkan inflasi, namun juga tidak terlalu lemah untuk mengakibatkan resesi. Kondisi ini menguatkan pandangan ke depan bahwa pertumbuhan dapat terus melandai dan perekonomian tetap memperlihatkan moderat.

Menurut Ezra, perkembangan outlook suku bunga dan ekonomi Negeri Paman Sam menjadi katalis utama bagi pasar global secara menyeluruh. Hampir seluruh sektor berkontribusi secara merata dalam penguatan pasar, mengindikasikan optimisme terhadap outlook ekonomi secara keseluruhan. Penurunan imbal hasil (yield) US Treasury terjadi dalam seluruh tenor, merespon ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed di tahun 2024 dan hasil lelang US Treasury yang kuat. Angka dolar Amerika Serikat yang terus melemah menjadi faktor positif bagi pasar finansial dunia. Selain itu, bursa finansial di kawasan Asia diperkirakan juga akan lebih suportif. Pertumbuhan itu akan didukung oleh ekspektasi kebijakan moneter yang lebih akomodatif, pelemahan nilai tukar dolar AS, imbal hasil US Treasury yang melandai, penurunan nilai minyak dunia, dan ekspektasi membaiknya perdagangan global yang menguntungkan kawasan Asia.

Namun, Ezra memberikan beberapa catatan terkait risiko yang kemungkinan besar masih bisa terjadi tahun ini. Pertama, volatilitas dapat terjadi apabila pemangkasan suku bunga The Fed tidak sesuai dengan ekspektasi. Pasar memperkirakan pemangkasan akan sebesar 150 basis poin (bps), sedangkan The Fed memberi sinyal pemangkasan semata-mata 75 bps. Selain itu, masih ada risiko geopolitik dalam beberapa kawasan yang masih berlanjut. Eskalasi konflik di Timur Tengah, antara Israel dengan Hamas, dapat menjadi peperangan proksi antar berbagai negara. Di kawasan Asia, pilpres di Taiwan dapat mengubah arah kebijakan diplomatik dan geopolitik antara Taiwan dengan Tiongkok.

“Sementara itu, pilpres di Negeri Paman Sam pada 5 November 2024 mendatang dapat mengubah arah diplomatik dan geopolitik dunia,” ujar Ezra.