Arti Rojali dan Rohana: Fenomena Viral di Medsos

by -37 Views

Belakangan ini, media sosial diramaikan oleh kemunculan dua istilah unik yang sering terdengar di pusat perbelanjaan, yaitu ‘Rojali dan Rohana’. Istilah-istilah ini menjadi perbincangan hangat karena dianggap mewakili perilaku masyarakat yang kerap ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Keduanya mencuri perhatian warganet karena dinilai menggambarkan fenomena yang sering terjadi namun jarang disadari. Ungkapan ini kemudian menjadi viral dan banyak digunakan dalam berbagai konten, mulai dari meme hingga video singkat, sebagai bentuk sindiran sosial yang menggelitik. Rojali adalah singkatan dari “rombongan jarang beli”. Istilah ini merujuk pada sekelompok orang yang datang ke pusat perbelanjaan dalam jumlah besar, namun hanya berjalan-jalan, melihat-lihat, berfoto, atau menikmati fasilitas tanpa melakukan transaksi pembelian. Beberapa ciri umum pengunjung yang disebut sebagai Rojali antara lain datang bersama teman atau keluarga dalam jumlah banyak, menghabiskan waktu lama di area publik seperti food court, lorong mal, atau spot foto, tidak melakukan pembelian, hanya bertanya-tanya atau melihat-lihat barang, menggunakan fasilitas gratis seperti Wi-Fi, pendingin ruangan, atau tester produk, serta sering merekam konten untuk media sosial tanpa berinteraksi dengan tenant. Fenomena ini dianggap cukup mempengaruhi omzet pedagang dan pelaku usaha di pusat perbelanjaan. Meski jumlah pengunjung tampak tinggi, angka penjualan tidak selalu sebanding karena banyak yang sekadar hadir tanpa belanja. Rohana adalah istilah yang muncul sebagai pasangan dari Rojali. Meskipun belum ada makna resmi yang disepakati, istilah ini mulai digunakan oleh warganet dengan beberapa penafsiran kreatif. Beberapa dugaan arti dari Rohana yang beredar di media sosial antara lain: rombongan hanya nanya-nanya, rombongan hanya narsis, dan rombongan hanya nongkrong saja. Belum seperti Rojali yang sering disebut dalam berbagai unggahan dan artikel media, istilah Rohana masih dalam tahap berkembang. Artinya belum baku dan bisa berubah tergantung konteks penggunaannya. Fenomena Rojali dan Rohana mencerminkan realita masyarakat perkotaan masa kini. Di tengah tekanan ekonomi dan kebutuhan hiburan murah, banyak orang memilih menghabiskan waktu di mal tanpa harus mengeluarkan uang. Beberapa alasan mengapa perilaku ini semakin umum antara lain mal dianggap sebagai ruang publik yang nyaman, aman, dan sejuk, banyak spot foto Instagramable yang bisa diakses gratis, dan pengunjung ingin sekadar bersantai tanpa harus belanja. Dengan demikian, istilah seperti Rojali dan Rohana mungkin terdengar ringan dan jenaka, tetapi sesungguhnya mencerminkan realitas sosial yang menarik untuk diperhatikan. Ungkapan-ungkapan ini muncul dari kebiasaan yang sering terjadi di masyarakat, khususnya di lingkungan pusat perbelanjaan. Sementara itu, di media sosial, respons masyarakat cukup beragam. Ada yang menilai istilah ini sebagai kritik jenaka terhadap gaya hidup “nongkrong tapi irit”, namun ada juga yang menganggapnya sebagai cerminan kondisi ekonomi yang kian menantang. Pihak pengelola pusat perbelanjaan mulai menyadari tren ini. Beberapa strategi yang dipertimbangkan untuk mengatasi pengunjung bertipe Rojali dan Rohana antara lain membuat area interaktif yang tetap menghasilkan transaksi, memberikan promo khusus untuk pengunjung yang membuktikan telah belanja, meningkatkan daya tarik tenant dengan kolaborasi bersama kreator konten, dan memantau data pengunjung secara digital untuk mengetahui rasio pembeli dan non-pembeli. Memahami tren semacam ini dapat membantu dalam merancang strategi pelayanan dan komunikasi yang lebih relevan dengan kebiasaan konsumen masa kini.

Source link