Di Jawa, Kesunanan Surakarta dan Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat terbentuk setelah Perjanjian Giyanti pada tahun 1755. Perjanjian ini menandai berakhirnya Kerajaan Mataram Islam dan pembentukan dua kerajaan yang berdiri hingga sekarang. Konflik dimulai dari pertikaian di antara Pangeran Prabasuyasa, Pangeran Mangkubumi, dan Raden Mas Said tentang hak atas tahta Mataram. Campur tangan VOC memperburuk situasi, memicu perang saudara antara faksi yang bersaing.
Pada tahun 1752, VOC berhasil memecah belah koalisi dan menjalin kesepakatan dengan Mangkubumi. Hasilnya, Perjanjian Giyanti ditandatangani pada 13 Februari 1755, membagi Mataram menjadi Kesunanan Surakarta dan Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Namun, konflik tidak berakhir sepenuhnya karena Pangeran Sambernyawa terus berjuang hingga mendirikan Kadipaten Mangkunegaran.
Pada tahun 1755, Kesultanan Yogyakarta resmi didirikan setelah pertemuan antara Sultan Hamengkubuwana I dan Pakubuwana III di Jatisari. Bangunan Keraton Yogyakarta dimulai pada Oktober 1755, menandai dimulainya era baru bagi kesultanan tersebut. Sebagai pengingat sejarah, Monumen Giyanti didirikan di Karanganyar, Jawa Tengah, yang melambangkan perpecahan Mataram dan lahirnya dua kerajaan besar di Jawa: Surakarta dan Yogyakarta.