Penjualan ritel mengalami penurunan pada momen Lebaran tahun ini, berlawanan dengan tren biasanya. Ketua Umum Hippindo, Budihardjo Iduansjah, mengakui bahwa penjualan belum mencapai target yang ditetapkan. Dengan realisasi hanya mencapai 85-90 persen, Budihardjo menyoroti minimnya stok barang di pasar global sebagai salah satu faktor utama penurunan tersebut.
Menurutnya, hambatan dalam impor menjadi penyebab utama menipisnya stok barang yang tersedia. Kebijakan impor yang kurang kondusif dan adanya pembatasan kuota impor membuat pengusaha kesulitan dalam menyediakan stok yang cukup untuk mendukung promosi. Meskipun program Belanja di Indonesia Saja (BINA) memberikan sedikit optimisme dengan mencatat transaksi senilai Rp32 triliun, namun angka tersebut tetap di bawah target yang ditetapkan.
Budihardjo menekankan bahwa penjualan produk perawatan pribadi mengalami kenaikan, terutama melalui kanal online seperti apotek dan personal care. Namun, sektor toko pakaian dan restoran stagnan dalam penjualan mereka. Hal ini disebabkan oleh belum pulihnya daya beli masyarakat secara keseluruhan, dimana banyak konsumen masih enggan untuk berbelanja karena ketidakpastian ekonomi yang ada.
Dalam situasi seperti ini, Budihardjo menyoroti bahwa kebijakan yang diterapkan seharusnya mendorong, bukan menekan, daya beli masyarakat. Dengan kondisi yang belum menentu ini, penjualan ritel mengalami tantangan yang berat di tengah pandemi global yang masih berlangsung.