Kebijakan tarif resiprokal yang diumumkan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, ternyata juga berdampak pada pasar kripto. Investor terlihat mulai beralih ke aset kripto yang nilainya stabil sebagai langkah antisipasi. Meskipun Presiden Trump memutuskan untuk menunda pemberlakuan tarif resiprokal selama 90 hari, kecuali untuk China, namun hal tersebut turut memengaruhi nilai mata uang kripto, termasuk Bitcoin dan altcoin.
Chief Marketing Officer Tokocrypto, Wan Iqbal, menyatakan bahwa situasi makro saat ini membuat investor lebih berhati-hati, terutama terhadap aset berisiko. Bitcoin bahkan mengalami koreksi hingga 25% dari level tertingginya, sementara altcoin juga mengalami hal serupa. Hal ini menyebabkan penurunan volume perdagangan dan minimnya minat beli, menandakan bahwa pasar masih dalam fase konsolidasi dengan tekanan jual yang masih cukup signifikan.
Dampak dari kondisi tersebut membuat investor untuk sementara waktu lebih memilih aset mayor seperti Bitcoin dan stablecoin, sambil menghindari altcoin spekulatif yang rentan terhadap fluktuasi tajam. Di Indonesia, investor kripto juga mulai beralih ke aset stablecoin seperti Tether (USDT), yang menjadi aset kripto paling banyak diperdagangkan selama dua tahun terakhir mengungguli Bitcoin, Ethereum, dan Solana.
Perdagangan USDT/IDR di Tokocrypto sendiri menyumbang lebih dari 25% dari total volume harian dalam 24 jam terakhir, menunjukkan betapa pentingnya peran USDT sebagai jangkar utama dalam aktivitas trading lokal. Selain menawarkan stabilitas harga, USDT juga digunakan oleh investor sebagai alat lindung nilai terhadap volatilitas rupiah dan menjadi gateway untuk masuk ke berbagai platform DeFi atau aplikasi kripto lainnya. Stabilitas USDT membantu menjaga likuiditas dan menjadi alternatif menarik bagi investor yang ingin menjaga arus kas tanpa harus terpapar risiko fluktuasi harga kripto secara langsung.