Membaca berita buruk secara terus-menerus, atau fenomena yang dikenal sebagai doomscrolling, telah menjadi kebiasaan meresahkan di era digital ini. Istilah doomscrolling mengacu pada aktivitas seseorang yang tanpa sadar terus membaca berita negatif di ponsel atau perangkatnya, terutama berita yang berkaitan dengan krisis, bencana, atau isu buruk. Kebiasaan ini sering dipicu oleh rasa ingin tahu yang berlebihan, yang dapat berujung pada reaksi emosional dan berdampak pada kesehatan mental.
Dengan akses informasi yang tak terbatas selama 24 jam, banyak orang terjebak dalam kebiasaan dan siklus konsumsi berita negatif ini. Konsumsi berita buruk secara terus menerus telah terbukti dapat meningkatkan gejala kecemasan hingga depresi, dampak yang sangat merugikan bagi individu maupun masyarakat luas.
Membaca berita buruk dapat memicu respons alami tubuh yang dikenal sebagai fight or flight, yaitu reaksi terhadap ancaman atau situasi stres. Ketika seseorang terpapar informasi yang mengganggu, tubuh secara otomatis bersiap untuk menghadapi atau menghindari bahaya. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan tingkat stres, gejala kecemasan, dan depresi.
Di era digital ini, media sosial sering menjadi sumber berita bagi banyak orang. Kebiasaan memantau terus menerus berita negatif di media sosial dapat menyebabkan perilaku adiktif dan meningkatkan perasaan kecemasan. Hal ini juga dapat merugikan kesehatan mental seseorang.
Paparan terus menerus terhadap berita buruk juga bisa mengganggu kualitas tidur seseorang dan membentuk pandangan dunia yang negatif. Untuk mengurangi dampak negatif berita buruk, penting untuk membatasi waktu yang dihabiskan untuk membaca berita, memilih sumber berita yang lebih positif dan terpercaya, serta mengganti konsumsi berita negatif dengan konten yang lebih positif. Melakukan kegiatan yang menyenangkan juga bisa membantu mengelola stres dan kecemasan berlebihan akibat paparan berita negatif. Dengan pemahaman akan efek negatif dari membaca terus menerus berita buruk dan strategi untuk mengatasinya, seseorang bisa mengambil langkah-langkah untuk melindungi kesehatan mentalnya di tengah arus informasi yang beredar.