Elite PDIP Menyusun Puisi ‘Banteng Terluka’, Mengkritik Pengkhianat

by -101 Views

Kamis, 23 Mei 2024 – 20:05 WIB

Jakarta – Ketua DPP PDIP Bidang Kehormatan, Komarudin Watubun membuat sebuah puisi menjelang Rapat Kerja Nasional (Rakernas) ke-V PDIP yang akan digelar pada 24 sampai 26 Mei 2024 mendatang.

Dalam puisi berjudul “Banteng Yang Terluka” itu, Komarudin meminta seluruh kader untuk tidak menjadi pengecut dan pengkhianat. Selain itu, ia juga meminta kepada semua kader untuk setia kepada Ketua Umum DPP PDIP, Megawati Soekarnoputri.

Berikut puisi yang dibacakan Komarudin Watubun

Banteng yang terluka:
Meskipun anak panah menembus sekujur tubuhku,
Tetapi jeritan kesakitan ini, menyatukan jiwa dan ragaku untuk tetap berjuang,
Bagaikan Obor Api Perjuangan Nan Tak Kunjung Padam ini,
Hai banteng-banteng yang gagah perkasa,
Dari Merauke sampai ke Sabang,
Dari Pulau Rote sampai ke Mangas,
Jangan jadi pengecut apalagi pengkhianat,
Satukan barisan di bawah komando Megawati Soekarnoputri,
Satyam Eva Jayate
Kebenaran Pasti Akan Menang
Kalibata, 23 Mei 2024
Komarudin Watubun

Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP, Hasto Kristiyanto menyebut obor api abadi Mrapen dibawa langsung dari Grobogan, Jawa Tengah. Obor itu dibawa dengan cara berlari secara bergantian.

Hasto bersama dengan pemuda ikut berlari membawa obor api dari Kemayoran hingga menuju lokasi Rakernas V PDIP, Beach City International Stadium Ancol, Jakarta dan tiba pukul 17.35 WIB.

“Menempuh lebih dari 500 kilometer, melalui 20 kantor PDI Perjuangan, semua dengan satu tekad yang sama, sebagaimana disampaikan oleh Ibu Megawati Soekarnoputri, bahwa PDI Perjuangan terus menggelorakan api perjuangan, menggelorakan semangat juang, menggelorakan suatu tekad bagi Indonesia Raya kita,” kata Hasto.

Hasto menyampaikan, membawa obor abadi Mrapen dengan cara berlari memiliki sejumlah makna. Salah satunya, agar setiap kader mampu mengalahkan egonya sendiri.

“Karena lari ini bukan hanya menyehatkan jiwa dan raga kita, dengan lari kita bisa belajar, bahwa seorang harus mengalahkan dirinya sendiri, mengalahkan terhadap ambisi kekuasaan, mengalahkan terhadap berbagai godaan gemerlapnya kekuasaan dan berlari ini kita berdikari karena kita tidak mungkin meminjam kaki orang lain. Tetapi kita menggunakan kaki kita dengan semangat kita saudara-saudara sekalian,” imbuhnya.