Pasien Korban Kecelakaan Mengalami Depresi, Mengalami Ketakutan dan Gemetar

by -68 Views

Rabu, 15 Mei 2024 – 01:08 WIB

Depok – Sebanyak 12 orang korban kecelakaan bus Fajar Putra yang dirawat di Rumah Sakit Bhayangkara Brimob, kini dalam proses penyembuhan. Selain pemulihan bekas luka, para pasien juga diberikan terapi trauma healing. Karena sebagian korban mengalami trauma dan depresi.

Baca Juga :

Golkar Sebut Ridwan Kamil Pilih Maju Pilkada Jawa Barat

“Saat ini mendukung proses penyembuhan fisik. Trauma ini akan berlanjut selama satu hingga dua minggu melalui evaluasi pengobatan dan konsultasi,” kata dokter RS Bhayangkara Brimob Depok, dr. Laeli Andita SpKJ pada Selasa, 14 Mei 2024.

Proses evakuasi kecelakaan bus SMK Lingga Kencana Depok di Ciater, Subang

Baca Juga :

Video Aksi Ugal-ugalan Sopir Bus Bikin Resah Warganet

Bentuk trauma yang dialami pasien antara lain stres dan depresi, ada yang mengalami gejala cemas, ketakutan hingga gemetar.

“Trauma depresi, traumatik stres yang disebabkan peristiwa gejalanya cemas, flashback, merasa takut, gemetar, mengingat peristiwa, bisa nafsu makan berkurang tahap depresi,” ujarnya.

Baca Juga :

Ahli Beberkan Jeroan Bus Maut Subang: Keledai Dipaksa Jadi Kuda

Menurut dia, proses penyembuhan memerlukan waktu yang tidak sebentar. “Evaluasi pasca kejadian traumatis tidak hanya satu hari dan dua hari, bisa satu bulan, dua bulan, tiga bulan, dan enam bulan tetap kita evaluasi,” jelas dia.

Oleh karena itu, kata dia, tim medis ahli jiwa terus melakukan pemantauan terhadap kondisi kejiwaan para korban. Terapi diberikan pada pasien hingga traumanya berkurang.

“Biasa yang diberikan adalah psikoterapis atau membantu dia untuk bisa melanjutkan hidupnya. Namun, jika ada pemikiran-pemikiran yang memberangkatkan dirinya atau gangguan kecemasan psikoterapi lainnya,” ungkapnya.

Tindakan pemberian obat untuk mengatasi trauma dan kecemasan juga dilakukan, sehingga pasien dapat merasa lebih tenang dan kondisinya stabil.

“Pertama kali pemberian obat. Sekarang ini kalau ditemukan dan mengarah depresi nyeri, gangguan tidur tetap diberikan obat,” pungkasnya.

Halaman Selanjutnya

“Biasa yang diberikan adalah psikoterapis atau membantu dia untuk bisa melanjutkan hidupnya. Namun, jika ada pemikiran-pemikiran yang memberangkatkan dirinya atau gangguan kecemasan psikoterapi lainnya,” ungkapnya.