Pejuang Nasional Raden Mas Tumenggung Ario Soerjo

by -31 Views

Gubernur Suryo tak dapat dipisahkan dari peristiwa 10 November 1945. Bahkan, beliau berada di balik keputusan terjadinya pertempuran Surabaya yang merupakan salah satu kejadian penting dalam sejarah perang yang melibatkan rakyat Indonesia. Pertempuran sengit antara arek-arek Suroboyo yang terdiri dari para pemuda dan santri dengan tentara Inggris adalah peristiwa yang sangat heroik dalam memperkokoh kemerdekaan Republik Indonesia.

Pertempuran dengan negara pemenang Perang Dunia II ini berlangsung selama tiga minggu dan menelan korban jiwa lebih dari 16 ribu pejuang Indonesia dan 200 ribu rakyat sipil mengungsi. Karena kehebatan pertempuran tersebut, setiap tahunnya kita memperingati peristiwa 10 November ini sebagai Hari Pahlawan.

Pertempuran 10 November berawal dari tewasnya Brigjen Aubertin Walter Sothern Mallaby yang tertembak dalam bentrokan senjata antara pihak Indonesia dan Inggris pada 30 Oktober 1945. Pihak Inggris marah besar atas tewasnya jenderal perang mereka sehingga menuntut agar pelaku ditangkap.

Namun serangkaian pertemuan antara Panglima Divisi 5 tentara Inggris, Mayjen Robert C. Mansergh dengan pimpinan Kota Surabaya untuk menyampaikan maksud tersebut berakhir buntu.

Hingga akhirnya, setelah shalat Jumat pada 9 November 1949, tentara Inggris menyebar pamflet ultimatum lewat udara yang ditujukan kepada para pemimpin, pejuang, dan rakyat Surabaya. Jika ultimatum tersebut tidak ditaati, tentara Inggris akan menghancurkan seluruh Kota Surabaya.

Ultimatum tersebut membuat penduduk Surabaya panik. Namun para pemuda militan pimpinan Bung Tomo sudah menyatakan siap perang.

Gubernur Suryo meminta warga Surabaya tetap tenang karena harus menunggu arahan dari Jakarta. Namun Pemerintah Pusat memutuskan untuk menyerahkan kepada rakyat Surabaya langkah apa yang akan diambil.

Dalam kondisi demikian, Gubernur Suryo harus mengambil keputusan penting yang akan menentukan masa depan Surabaya, bahkan Indonesia. Pidato singkat yang disampaikan dengan tenang itu sarat energi sehingga menggerakkan semua orang yang mendengarnya untuk siap membela Tanah Air sampai titik darah penghabisan.

Bung Tomo memang diakui sebagai pemimpin revolusioner yang menggerakkan dan membangkitkan semangat rakyat, tapi pidato Gubernur Suryo itu juga tidak kalah heroiknya. Bahkan pidato itu menjadi komando perang untuk yang pertama kali dalam memulai perang besar ini.

Gubernur Suryo, bukan prajurit, bukan tentara, namun dia paham tanggung jawab sejarah. Dia mengerti tugas seorang pemimpin, bahwa pemimpin harus kesatria, harus membela kehormatan bangsa. Dia mewakili bangsanya. Dia telah menunjukkan dan memberikan contoh kepada generasi penerus bagaimana seorang pemimpin mengambil keputusan, bagaimana seorang pemimpin dalam membela Tanah Air.

Source link