Field Marshall Bernard Law Montgomery

by -32 Views

Oleh Prabowo Subianto [diambil dari Buku 2 Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn.) Prabowo Subianto]

“Saat saya baru saja pensiun dari TNI, saya terharu ketika membaca surat Montgomery kepada raja Inggris. Dalam suratnya, Montgomery menulis, “Paduka yang mulia, setelah bertahun-tahun saya bertugas untuk kerajaan di luar negeri, kini tiba saatnya saya harus kembali ke Inggris. Saya harus melaporkan bahwa saya agak bingung karena ketika saya pulang, saya tidak memiliki rumah. Semua harta pribadi saya yang saya titipkan di sebuah rumah saudara sudah dihancurkan oleh bom Jerman. Saya mohon perhatian dari Raja.”

Kita bisa membayangkan seorang panglima terkenal yang pernah memimpin jutaan tentara, memimpin berbagai pertempuran terkenal seperti El Alamien dan Normandy, begitu bingung karena tidak memiliki rumah setelah pulang dari perang. Hal ini terjadi di sebuah negara Barat yang pada saat itu dapat dikatakan sebagai negara adikuasa. Saya berpikir, apalah saya dibandingkan dengan Montgomery.

Saya telah membaca berbagai versi biografi Field Marshall Bernard Law Montgomery berkali-kali. Ia memulai karier militernya di Akademi Militer Inggris, Sandhurst. Setelah lulus, ia terlibat dalam Perang Dunia Pertama dan bahkan terluka parah.

Setelah Perang Dunia Pertama, ia melanjutkan kariernya dan menjadi panglima divisi dalam Perang Dunia Kedua, termasuk menjadi perwira kunci dalam tentara Inggris pasca peristiwa Dunkirk.

Ia dikenal sebagai perwira yang sangat profesional dan fokus utamanya adalah pengabdian sebagai perwira lapangan. Ia selalu menjaga kebugarannya dan tidak pernah merokok atau minum alkohol.

Montgomery sangat gemar belajar sejarah dan akhirnya ditunjuk oleh Perdana Menteri Churchill sebagai panglima tentara ke-8 Inggris di Mesir, melawan Rommel. Ia berhasil mengalahkan tentara Jerman dan Italia dalam perang El Alamein di Mesir.

Dari El Alamein, ia mengejar Rommel sampai ke Tunisia, memimpin pendaratan di Sisilia, dan menjadi panglima pendaratan di Normandia, Operasi Overlord. Ia terus memimpin tentara sekutu sampai berakhirnya Perang Dunia Kedua dan pensiun setelah itu.

Selain karier militernya yang gemilang, ada hal-hal lain yang menarik atau membuat saya kagum tentang dirinya. Pada suatu saat setelah saya pensiun dari tentara, saya melihat toko buku di Kota Bangkok yang menjual buku bekas di luar toko. Ketika saya melihat-lihat, saya menemukan biografi Jenderal Montgomery. Setelah saya membacanya, saya menyadari bahwa Montgomery pulang dari perang tanpa memiliki rumah dan bahkan menulis surat kepada Raja Inggris sebagai panglima tertinggi.

Hal ini membuat saya tersentak karena saya juga mengalami nasib yang sama. Waktu itu, saya tidak memiliki rumah pribadi setelah pensiun meskipun saya memiliki rumah dinas yang harus saya kembalikan pada militer suatu saat nanti.

Namun, ketika saya membaca cerita Montgomery yang pulang tanpa rumah, saya akhirnya bisa merasa terhibur. Pada akhirnya, saya juga berhasil memiliki rumah pribadi melalui perjuangan yang tidak mudah. Oleh karena itu, perasaan sedih saya saat itu bisa terhibur dan saya bisa memahami bahwa bahkan panglima dari negara adikuasa seperti Inggris juga bisa mengalami hal yang sama. Apalagi saya? Apalah dibandingkan dengan Montgomery.

Demikianlah pengalaman saya setelah membaca tentang Montgomery yang juga tidak memiliki rumah setelah pulang dari perang.

Source link