Kamis, 28 Desember 2023 – 05:43 WIB
VIVA Dunia – Starbucks Corporation yang berbasis di Seattle, AS dikabarkan telah kehilangan nilai lebih dari $11 miliar atau Rp169 triliun pada kuartal terakhir ini karena boikot solidaritas Palestina dan pemogokan karyawan sejak dimulainya perang Hamas-Israel di Gaza pada 7 Oktober lalu.
Sejak pengumuman skema Starbucks pada pertengahan November, pangsa pasar perusahaan tersebut anjlok sebesar 8,96 persen, menyebabkan kerugian sebesar $11 miliar, yang merupakan kerugian terendah yang pernah mereka alami sejak tahun 1992.
Faktor utama kerugian perusahaan-perusahaan barat lainnya, seperti McDonald’s dan KFC, adalah karena aksi boikot internasional yang dilancarkan terhadap perusahaan-perusahaan pendukung Israel sebagai bentuk solidaritas terhadap rakyat Palestina.
Keterpurukan finansial yang dialami Starbucks telah melampaui batas negara karena waralaba mereka di Mesir telah melakukan pengurangan jumlah tenaga kerja akibat dampak boikot tersebut.
Starbucks kemudian menuntut serikat pekerja mereka, Starbucks Workers United, pada bulan Oktober setelah keberatan dengan postingan media sosial mereka sebagai bentuk solidaritas terhadap Palestina, dengan alasan pencurian kekayaan intelektual dan pelecehan terhadap barista di lokasi kedai kopi Starbucks.
“Workers United memposting pernyataan dengan gambar buldoser yang merobohkan sebagian perbatasan Israel dan Gaza, yang mencerminkan dukungan mereka terhadap kekerasan yang dilakukan oleh Hamas,” demikian bunyi catatan perusahaan tersebut, melansir The Cradle, Kamis, 28 Desember 2023.
Dampak boikot di Asia Barat, dimana sentimen pro-Palestina secara historis kuat, membuat banyak merek barat merasakan dampak buruk dari Maroko, Kuwait, Yordania, dan negara-negara lain, terutama negara mayoritas Muslim.
“Skala agresi terhadap Jalur Gaza belum pernah terjadi sebelumnya. Oleh karena itu, reaksinya, baik di negara-negara Arab atau bahkan secara internasional, belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Hossam Mahmoud, anggota gerakan Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS) yang berbasis di Mesir.
Pada musim liburan ini, raksasa kedai kopi tersebut mencoba bangkit kembali dari kerugian dengan gimmick musim liburan “Hari Piala Merah” yang memungkinkan konsumen menerima cangkir liburan gratis yang dapat digunakan kembali pada setiap pembelian.